Rabu, 17 Oktober 2012

kebangsaan

Bangsamu dan Bangsa Kita
Bukan rahasia umum lagi, bahwa kehancuran dan keberhasilan suatu bangsa itu terletak pada generasi penerus bangsanya. Mereka terlahir sebagai pewaris perjuangan leluhur yang telah dipersiapkan untuk generasi penerusnya.
 Secara geogafis, Indonesia  dapat dikatakan negara besar karena memiliki ribuan pulau yang terbentang luas diiringi jumlah penduduk yang selalu bertambah. Namun, hal tersebut bukan satu-satunya tolok ukur dalam memandang suatu bangsa. Beberapa aspek kehidupan lain seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, agama dan lainnya yang menjadi bagian dari wawasan kebangsaan turut menentukan seberapa besar bangsa itu. Seiring perjalanan waktu, disintegrasi wawasan kebangsaan tersebut memudar sehingga menyebabkan konflik di berbagai lini dan wilayah yang memicu perpecahan bangsakerap terjadi. Disinilah tampak peranan wawasan kebangsaan dalam menumbuhkembangkan cita-cita negara yang menamai dirinya sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lalu, bagaimana pula menumbuhkembangkan wawasan kebangsaan tersebut?
Berbagai Aspek Kehidupan Berbangsa
“Seorang anak kecil pun, jikalau ia melihat peta dunia, ia dapat menunjukkan bahwa kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan. Pada peta itu dapat ditunjukkan satu kesatuan gerombolan pulau-pulau diantara 2 lautan yang besar; Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, dan di antara 2 benua, yaitu Benua Asia dan benua Autralia. Seorang anak kecil dapat mengatakan, bahwa pulau-pulau Jawa, Sumatera, Borneo, Selebes, Halmahera, kepulauan Sunda Kecil, Maluku, dan lain-lain pulau kecil di antaranya, adalah satu kesatuan.”
Pernyataan diatas pernah dinyatakan Bung Karno dalam pidatonya pada Juni 1945. Pernyataan tersebut sebagai salah satu contoh pernyataan yang berlandas pada aspek geografis atau paham geopolitik yang dianut Indonesia, meskipun menurut Moh. Hatta bahwa sulit menentukan kriteria apa yang dikatakan bangsa. Pidato Bung Karno atau perhatian Hatta mengenai wawasan kebangsaan ini merupakan bagian penting dari konstruksi elit politik terhadap bangunan citra (image) bangsa Indonesia. Apa pun perbedaan pandangan elit tersebut, telah membentuk kerangka berpikir masyarakat tentang wawasan kebangsaan. Lantas, bagaimana pula pandangan para elit yang dimiliki bangsa kini?
Ideologi Pancasila sebenarnya telah mencakup aspek-aspek lain. Demikian seperti yang telah diakui bersama bahwa politik Indonesia menganut sistem Demokrasi Pancasila, termasuk di dalamnya aspek hukum.  Sistem Ekonomi yang ada terletak di antara ekonomi Kapitalis di selatan dan Sosialis di utara. Kemudian, masyarakat Indonesia terletak di antara masyarakat individualisme di selatan dan masyarakat sosialisme di utara, jika dilihat dari kehidupan sosialnya. Sementara itu, Indonesia memiliki budaya Barat yang terletak di selatan dan budaya Timur di utara. Sedangkan wawasan kekuatan maritim di selatan dan wawasan kekuatan kontinental di utara menjadi bagian dari pertahanan dan keamanan di Indonesia. Dan, yang terpenting adalah nilai luhur yang ada pada agama-agama yang mendorong manusia untuk selalu melakukan perbaikan, bukan kerusakan dan perpecahan. Serta, aspek-aspek lain yang membutuhkan perhatian.
Disamping beberapa aspek kehidupan yang harus dipandang dengan rasa persatuan dan kebersamaan dalam berkehidupan berkebangsaan Indonesia, terdapat dua aspek yang perlu diketahui dalam menerapkan konsep wawasan kebangsaan. Yaitu aspek moral dan aspek intelektual. Kedua aspek ini secara bersama mensyaratkan adanya perjanjian diri (commitment) pada seseorang atau masyarakat untuk turut bekerja bagi kelanjutan eksistensi bangsa dan bagi peningkatan kualitas kehidupan bangsa. Selain itu, menghendaki pengetahuan yang memadai mengenai tantangan-tantangan yang dihadapi bangsa serta potensi-potensi yang dimiliki bangsa.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys