Jumat, 16 Juni 2017

Perjalanan Hidupku

PERJALANAN HIDUPKU SAAT MENUNTUT ILMU
Oleh : Siti Maslachatul Ummah S. Pd
Aku dilahirkan dari dua sosok orang tua yang berlatarbelakang santren. Dikala aku usia SD, a disekolahkan keduanya di MI Darul Hikmah Prasung yang hingga saat ini masih banyak diminati oleh warga sekitar. Setelah menginjak kelas Akhir akupun tak ada rangkaian rencana untuk meneruskan di sekolah atau madrasah mana. Suatu ketika saat setelah wisudah tepatnya hari minggu  ibu pun berkata padaku “ndang dipersiapkan nduk pakaiannya, rabu sampean diantar ibu mondok”, mendengar perkataan itupun hatiku sangat sedih karena akan dipisahkan jarak dengannya, disisi lain aku juga sangat bahagia.
Pada saat minggu pagi akupun berangkat ke tambakberas jombang. Sesampai disana ibu mendaftarkanku di MTsN. Benar-benar tak ada persiapan sama sekali dan beliau hanya Tanya sana sini untuk mendaftarkanku di sekolah mana. Setelah pendaftaran selesai aku dan keluargaku menuju pondok Al-Fathimiyyah tercinta untuk daftar mondok. Tiba disana disambutlah kedatangan kami dengan mbak-mbak pengurus untuk menerima pendaftaran santri baru.
Pertama melihat keadaan pesantren sangat sepi, karena pada saat itu masih musim libur. Pertama menjadi santri baru pastinya kaget melihat keadaan pondok karena sangat jauh berbeda dengan keadaan di rumah. Mulai dari kamar mandi yang kotor, kamar kotor dan jemuran kotor dan yang kulihat hanyalah musholla yang sangat bersih. Pada saat saya agak merasa sedih ibu pun membisikan suaranya ke telingaku “kenapa nduk? Kotor ya?” akupun hanya diam dan tersenyum terpaksa karena aku tak mau orang tua ku kecewa. Beliau meneruskan alunan suaranya ke telingaku “biasanya tidak kotor kok nduk, kan sampean tau ini liburan jadi banyak sekali debu bertaburan di mana-mana”. Saya pun hanya menganggukka kepala.
Setelah mendapatkan kamar di pondok, dan ibupun membantuku menata mulai dari pakaian bantal dll. Ibupun menyerahkan ku kepada mbah nyai pada sat itu masih diasuh olh Almh. Hj. Musyarofah Fattah dan diterimalah saya sebagai santri baru. Aetelah itu ibupun berpamitan kepadaku dan berpesan kepadaku “wes ibuk tak pulang, nek ada apa-apa telpon aja. Ibuk nyambang 2 minggu lagi”. Saya pun hanya berkata “nggeh pangestune” dengan muka yang datar tanpa ekspresi. Aku pun mengantarkan ibu dan keluargaku ke depan pesantren dan bersalam pamit pada ayah, ibu dan keluarga.
Sesampai dikamar aku hanya sebatang kara santri baru dikamarku. Akupun mulai pertama merasakan bagaimana rasanya berpisah dengan orang yang ku sayangi. Walau hanya jarak yang memisahkan. Air mata selalu mengalir terutama saat mendengarkan pujian sholat dan selesai sholat. Pikiranku hanya tertuju pada keduannya. Suatu saat datanglah 2 santri baru dikamarku dan Alhamdulillah aku pun merasa bahagia ada temannya dan tidak tidur sendiri lagi.
Gilir waktu sampai aku menginjak kelas III MTsN, aku pun ditanya ibuk “piye nduk lanjut ta medhot”. aku pun menjawab “lanjut mawon buk”. Dan ibupun tersenyum bahagia dan sembari mengatakan “lanjut di mana MAN ta Mu’allimat?” dan aku pun menjawabnya dengan tegas “MAN mawon, tapi wonten dana e nopo buk?”. Dan masih ingat betul ibu dan ayah mengatakan dan menuturku “ndungo wae nduk insyaallah onok, tolek ilmu ikku gag iso di undur nduk, toh keputusanmu ikki masa depanmu” setiap apa yang beliau katakan sll ku resapi. Dan akupun mulai diajarkan kedua orang tuaku tanggung jawab dengan pilihanku. “Apapun itu resikomu karena kamu yang memilih” ujar ayah kepadaku.
Akhirnya aku mulai tau apa arti tanggung jawab sesungguhnya. Saat di MAN tambakberas aku pun merasakan berbeda dengan sekolah yang lainnya. Karena disana ada PAPER yang membekali kami dalam mengerjakan sebuah makalah dan skripsi. Saat ujian paper pun saya merasakan plek dan sama dengan ujian skripsi.
Saat kelas III MAN aku sudah memikirkan dan memantapkan untuk meneruskan kuliah pada saat itu ada 2 pilihan yang bisa ku masuki yaitu S1 Keperawatan Unair dan S1 PGMI UIN Sunan Ampel. Kemudian aku sangat senang karena yang aku idam idamkan kuliah keperawatan akan terwujud. Saking girang dan senangnya akupun menelpon orang tuaku untuk meminta restu. Ternyata dengan sangat sedih orang tuaku malah menginginkanku untuk menjadi guru dan aku pun mulai berfikkir padahal di benak pikiran dan hatiku tidak ada sama sekali yang namanya pengen jadi guru. Kemudian aku disuruh inu untuk memilih melalui istikhoroh. Ternyata jawaban dr proposalku kepada allah adalah UIN SUNAN AMPEl.  Dari situ akhirnya saya menerima dengan ikhlas dan lapang dada  karena itu merupakan pilihan dr allah untukku. Dan akupun meneruskan  pendidikanku di  kampus tercinta UINSUNAN AMPEL SURABAYA. disitulah aku mulai belajar mencintai dan menyayangi dunia pendididkan.

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys